Pendakianku ke Gunung Lawu
kali ini sedikit direncanakan tapi belum matang-matang banget. Karena kaki sudah gatal
setelah 2 bulan lebih gak naek gunung, [padahal baru pernah naik Gunung Panderman - Batu (2000mdpl)] akhirnya tanggal 1 Februari
2014, sabtu malam aku mulai nanjak. Jalur yang aku pilih adalah Cemoro
Sewu karena lebih pendek dibandingkan dengan Cemoro Kandang, meskipun
treknya lebih menanjak.
Dengan berbekal carier 60lt, sleeping bag, tenda, pendakianku kali
ini ditemani oleh temen-temen kampus UM si DIO(@nind_dyo), HENDRO(@hendromariadi), COKO(di_sanco), ADRIAN (@adrianmuhajir) dan 4 teman lain teman dari DIO.
Samudera Awan di Puncak Lawu |
Pos 5 Sunrise |
Pendakian dimulai pukul 23.30.Karena kita juga menunggu badai reda,trek awal berupa jalan bebatuan (makadam) yang disusun rapi. Jalannya masih cukup landai dan mudah. Setelah 45 menit berjalan, kami sampai di pos 1. Di pos 1 ini terdapat sebuah warung yang selalu siap melayani pendaki selama 24 jam. Kalaupun pintu warungnya tertutup, para pendaki bisa mengetuk pintunya.
Di warung inipun kami dipersilakan untuk beristirahat, namun karena
mengejar waktu sunrise, kami pun melanjutkan perjalanan. Jam menunjukkan
pukul 00.30 saat kaki kami beranjak dari warung di pos 1 tersebut.
Pos 1 (diambil saat turun) |
Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 memakan waktu paling lama diantara jarak
pos yang lain. Jalurnya sedikit menanjak dengan jenis trek bebatuan yang
tak rata. Setelah berjalan lebih dari 2 jam, akhirnya sampai juga di
pos 2. Disini sudah banyak berdiri tenda-tenda para pendaki yang sedang
bermalam atau sekedar istirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Di
sebelah kanan jalur terdapat tanah yang cukup lapang yang biasanya
digunakan untuk warung saat malam 1 suro.
pos 2 (diambil saat turun) |
Jalur dari pos 2 ke pos 3 ini yang paling kejam. Tanjakan-tanjakan
terjal gak ada habisnya, ya itu memang gak enaknya kalo lewat Cemoro
Sewu. Waktu yang ditempuh lebih pendek dengan konsekuensi trek yang
lebih menanjak. Berkali-kali kami bersembilan istirahat di tengah jalan soalnya si Adrian sebelum nyampek di Cemoro Sewu sempet kecelakaan di jalan,tapi dia tetep semangat buat ndaki. wih salut deh.
Jalur bebatuan (foto saat turun) |
Pukul 03.45 kami sampai di pos 3. Bangunan pos 3 ini kondisinya agak
memprihatinkan. Sebagian atap sengnya sudah tidak ada lagi. Saat itu, di
dalam pos sudah berdiri sebuah tenda yang kelihatannya para penghuninya
sedang mendaki ke alam mimpi. Disini kami tidak beristirahat hanya
berhenti sebentar.
Pos 4 (foto saat turun) |
Perjalanan dilanjutkan lagi menuju pos 4. Jalur yang kami lewati belum
juga memberikan kami bonus trek yang melegakan. Memang jalur Cemoro Sewu
ini didominasi oleh tanjakan-tanjakan terjal berbatu yang menguras
tenaga. Singkat cerita, kami sampai juga di pos 4 pada pukul 04.40.
Berbeda dengan pos-pos lainnya, di pos 4 ini tidak terdapat bangunan
atau shelter hanya tanah datar yang cukup lapang yang ditandai dengan
papan nama.
Dari pos 4 ke pos 5, perjalanan agak lumayan enak. Banyak trek datar dari pos 4 ini, jalurnya pun berupa tanah bukan bebatuan lagi. dan kami pun mendirikan tenda di pos 5 yang bisa melihat sunrise ini pada pukul 05.30.
Dari pos 4 ke pos 5, perjalanan agak lumayan enak. Banyak trek datar dari pos 4 ini, jalurnya pun berupa tanah bukan bebatuan lagi. dan kami pun mendirikan tenda di pos 5 yang bisa melihat sunrise ini pada pukul 05.30.
Pos 5 |
Ini saya :D |
Jam 06.30, kami sudah sampai di Sendang Drajat. Disini terdapat sumber
air yang biasa digunakan oleh pendaki untuk mengisi bekalnya. Di samping
sumber air terdapat sebuah petilasan. Setelah mengisi botol-botol minum, kami pun melanjutkan perjalanan. 15
menit berjalan dari Sendang Drajat, kami sampai di pos 5. Di pos 5 ini
juga tidak ada pos atau shelter tapi hanya tanah datar yang cukup luas.
Di pos 5 ini juga terdapat warung yang cukup luas yang biasa digunakan
para pendaki untuk beristirahat selain warung mbok Yem.
Akhirnya pukul 07.00 WIB, kami semua sampai juga di warung tertinggi di Indonesia, warung mbok Yem.
Akhirnya pukul 07.00 WIB, kami semua sampai juga di warung tertinggi di Indonesia, warung mbok Yem.
Setelah puas menikmati pemandangan di depan warung mbok Yem, kami menuju
ke puncak Hargo Dumilah yang letaknya tak jauh dari sini. Setelah 30
menit melewati jalan menanjak, tugu triangulasi pun terlihat. Ya kami
sudah berada di Puncak Lawu yang mempunyai ketinggian 3.265 mdpl.
Puncak Hargo Dumilah dengan teman teman 3265 mdpl |
Akhirnya ini adalah Gunung ke 5 yang pernah saya daki setelah Gunung Tembokrejo (Jember),Gunung Bromo,Gunung Ijen dan Gunung panderman di Batu.
@Kataaldy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar